There is such thing as a free lunch

This is an appreciation post.

Jadi, selama hidup di London, pengeluaran yang bikin lumayan deg-degan adalah biaya makan. Harga bahan makanan memang sekitar 2x lipat dibandingkan harga di Indonesia, kecuali mungkin produk-produk susu. Kalau beli makanan yang sudah jadi, paling murah mungkin adalah semacam roti lapis di Tesco seharga +/- £2 (kurang lebihnya sama dengan Rp 36.000) untuk isi telur mayonaise. Itu kenyang sih, tapi kalau tiap hari 3x sehari makan itu eneg juga. Lagipula, makanan di London kebanyakan terlalu hambar untuk lidah Asia saya. Makan roti lapis aja kadang harus dicolek saos tomat pedas. Nah, memang, masak sendiri adalah solusi. Toh, semua akan baik-baik saja selama ada beras! hahahha

Di minggu-minggu awal, barang belanjaan di Tesco (supermarket yang tinggal jalan dari flat sambil merem juga sampai) tidak jauh-jauh dari beras, pasta, telur, mie telor (cari yang Chinese egg noodle) bawang-bawangan, sayuran terutama wortel, dan sosis. Biskuit coklat sama kriuk-kriuk rasa micin tapi tanpa micin juga. Jadi, menu sehari-hari tidak jauh juga dari nasi goreng, mie goreng, nasi-sayur-sosis, dan sosis tumis kecap. Nah! untungnya juga kecap dan sambal ABC sampai London guys! Lumayan lah ya ada rasa-rasa.

Suatu hari setelah sekitar sebulan, ada email masuk dari semacam serikat mahasiswa kampus. Memang mereka ada semacam newsletter yang rutin dikirim ke seluruh mahasiswa. Judul emailnya menarik: Did someone say...Food?! Di kampus memang sering ada acara-acara yang menyediakan makan siang, misalnya acara diskusi soal sustainable living. Lumayan sebelum masuk ke kelas. Tapi ternyata email ini tidak promosi acara, melainkan tentang opsi-opsi mengurangi pengeluaran untuk makan sehari-hari tapi tetap kenyang. Nah, email ini menyebut salah satu aplikasi bernama Too Good To Go (sebut TGTG aja  ya) yang menawarkan diskonan makanan yang kurang atau tidak laku dari berbagai restoran. Bukan berarti makanan tersebut tidak enak. Tetapi, makanan-makanan yang didiskon adalah makanan yang tidak terjual hari itu. Banyak restoran yang menggunakan sistem membuat makanan yang harus dimakan hari itu juga. Jadi, jika tidak ada yang membeli, makanan tersebut terpaksa harus dibuang. Too Good To Go menawarkan makanan-makanan ini di dalam aplikasinya. Jadi, sekalian mengurangi food waste dan pelaku bisnis restoran masih bisa mendapat untung. Cuma memang makanan-makanan tersebut baru bisa diambil menjelang jam tutup restoran.

Dari informasi awal terkait Too Good To Go ini, ternyata ada beberapa aplikasi lain yang mirip-mirip, seperti Karma dan Olio. Karma menawarkan aplikasi yang serupa. Yang paling menarik adalah Olio. Kenapa? Karena GRATIS. Seperti TGTG dan Karma, Olio juga ingin mengurangi makanan terbuang yang sebenarnya masih sangat layak makan dari restoran-restoran. Bedanya, Olio juga memiliki kerjasama dengan sejumlah supermarket sehingga berbagai bahan makanan seperti sayur-sayuran dan bahkan pastry tidak terbuang percuma. Bedanya adalah Olio memakai sistem volunteer yang disebut food waste hero (FWH). Nah, FWH ini adalah relawan-relawan yang mengumpulkan bahan makanan dari supermarket atau restoran. Mereka kemudian mengambil foto bahan makan tersebut dan mengunggah di aplikasi Olio. Unggahan tersebut akan otomatis muncul di daftar 'listing' di aplikasi Olio dan bisa dilihat oleh pengguna lainnya yang berjarak beberapa kilometer dari lokasi FWH. Kalau TGTG dan Karma, mereka menggunakan sistem dimana pemilik restoran yang upload foto di aplikasi dan kemudian kita bisa tinggal klik untuk melakukan pesanan untuk kemudian datang ke restoran atau toko pada jam yang disepakati. Di Olio, kita sebagai pengguna aplikasi mengirim pesan ke FWH yang telah mengunggah foto makanan atau bahan makanan yang kita inginkan. Jika FWH menyebut makanan atau bahan makanan masih tersedia, kita tinggal menyepakati kapan bisa diambil. Tergantung FWH, ada yang meminta barang diambil di rumah mereka atau di ruang publik lain seperti taman.

Olio ini membantu sekali dalam menghemat pengeluaran saudara-saudara. Barang-barang yang diunggah oleh para FWH juga masih banyak yang fresh sebenarnya. Jika menyimpan di kulkas dengan baik, makanan dan bahan makanan tersebut bisa tahan hingga beberapa hari ke depan.

Dari kiri ke kanan: Nyicipin tempe dari Planet Organic (not the best tho), artisan sourdough, sayur bayam yep bayamnya dari Olio, Donat coklat yep gratis juga.
        
Iyaa, sebanyak ini. Foto dulu sebleum masuk kulkas. itu yang kanan kotak putih isinya salad.

Dari Olio juga, saya lebih paham mengenai perbedaan 'use by date' dan 'best before'. Selama ini hanya paham istilah expired atau kadaluwarsa. Jika di bungkus  tertulis 'use by date' atau 'gunakan sebelum tanggal ...' itu artinya makanan atau bahan makanan tersebut akan berbahaya bagi kesehatan kita jika dimakan atau diminum setelah tanggal yang disebut. Produk-produk yang menggunakan 'use by date' biasanya adalah produk yang mengandung susu. Lain halnya dengan 'best before'. Ya namanya juga 'baik digunakan sebelum...' berarti masih bisa digunakan setelah periode dimaksud. Di kategori ini, makanan atau minum masih aman dikonsumsi tanpa risiko kesehatan. Produk-produk kategori ini seperti makanan kering atau makanan kaleng. Bahkan, menurut beberapa situs, makanan dalam kaleng (yang saya pernah sih chickpeas) itu bisa bertahan hingga beberapa bulan. Yang penting tidak ada jamur ya di makanan tersebut.

Biasanya, para FWH ini baru bisa mengunggah foto-foto makanan atau minuman yang mereka kumpulan dari supermarket atau restoran pada malam hari menjelang waktu tutup. Jadi, memang agak sedikit niat dan usaha sih malam-malam keluar flat untuk mengambil makanan. Waktu musim dingin lah yang harus usaha karena kalau keluar rumah perlu memasang pelindung diri ekstra: jaket dingin, buff, sepatu, payung mungkin jika hujan hahahha. Tapi demi makanan gratis yeee kaaan.

Nah, seringnya sih memang makanan tersebut tidak langsung saya makan. Biasanya untuk sarapan esok harinya. Lah, kalau makanannya ternyata 'use by dategimana dong? Duh, karena emang budget mepet ya dibela-belain lah tidak apa-apa makan lewat tanggalnya juga baru beberapa jam kalau dimakan untuk sarapan pagi hehe. Tapi, seringnya saya simpan ke dalam freezer sih. Jadi, waktu sarapan atau bahkan makan siang tinggal dipanaskan di microwave masih aman rasanya. Perut juga tidak berontak. Aman lah.

Di aplikasi Olio ada juga semacam statistik kontribusi kita mengurangi food waste. Berapa jumlah makanan yang diselamatkan, berapa jumlah air yang diselamatkan, dst. Selama sekitar setahun di London, statistik saya mengurangi food waste, berdasarkan laporan Olio itu, setara dengan sekitar £700. Itu hampir Rp 13 juta saja saudara-saudara. Makanan dan bahan makanan yang sering saya 'request' dari FWH adalah sayur-sayuran seperti wortel, kentang, brussel sprouts, kale, dan selada, lalu makanan jadi seperti salad, wrap, dan sandwich. Kadang saya juga bisa dapat bahan makanan seperti ayam fillet. Yang paling sering adalah pastry, seperti croissant dan cheese twist atau choco twist. Yang bikin bahagia adalah kalau ada 'listing' pisang, ubi, atau singkong. Itu bisa buat kolak, tinggal modal gula merah beli di toko India hehe.

Foto kiri: Campur-campur temuan dari Olio. Karena ada oven nganggur, jadilah panggangan thin-sliced chicked, baby potatoes, sour cream, dan brokoli. Kapan-akapan akan coba lagi resep sama. Kanan: Hoisin duck wrap dari Pret Manger. di belakang ada macam-macam dip (saos colek). Onion cheese was the best. Dan pastinya saos sambal biar pedes dikit. 

  

Sempat terpikir, 'Ini ngambil jatahnya homeless gak sih?' Karena makanan dari supermarket yang tidak terjual tapi masih dapat dimakan biasanya disalurkan ke food banks. Tapi, ini seperti Olio bilang, tidak semua food banks mau menerima makanan atau bahan makanan yang sudah lewat best before. Sedangkan, food banks ini juga seringkali tidak sanggup mengambil makanan yang 'use by date' pada hari itu karena sudah terlalu malam. Jadi, jika tidak dikumpulkan volunteer FWH dan disalurkan via aplikasi Olio, makanan dan bahan makanan tersebut terbuang dan mubazir. Jadi, masih win-win solution lah tanpa mengganggu jatah orang yang mungkin lebih membutuhkan.

Waktu lockdown sempat kepikiran, wah ini bagaimana cara tetap low bugdet selama pandemi. Takutnya, karena pembatasan mobilitas di London, kegiatan Olio via FWH tidak bisa dilakukan. Ternyata tidak. Dan sejujurnya lockdown di Inggris tidak seketat (menurut cerita) di Perancis atau di Italia sih. Jadi, masih bisa keluar rumah. Cuman memang jalanan jadi lebih sepiiiii. Dan agak serem juga sih sebenarnya keluar sendiri malam-malam. But, well, I was in a survival mode. Untungnya aman. Dan saya memilih lokasi FWH yang tidak terlalu jauh juga, sekitar 1 km. Di aplikasi Olio, ada pengaturan dimana kita bisa memilih mau melihat 'listing' dari FWH hingga berapa km.

Satu hal yang sebenarnya saya tidak sangka-sangka waktu lockdown. Karena tidak banyak orang keluar rumah dan berbelanja di supermarket, makanan dan bahan makanan banyak sekali yang tersisa dan tidak terjual. Jadi, makanan yang ada di 'listing' FWH lebih banyak dibanding hari-hari sebelum pandemi. Beberapa FWH yang saya temui untuk 'request listing' malah seringkali memberi lebih kepada saya karena tidak banyak juga yang 'request'. Jadilah stok makanan di kulkas penuh hingga berhari-hari :p

           Kondisi kulkas saat lockdown :)                                                                                                                                            
 

Menu buka puasa hari terakhir. Susu, cheese twist, nasi goreng sayur sepertinya

Jadi, setelah mengenal Olio, keranjang belanjaan hanya berisi makanan pokok seperti beras, pasta serta beberapa bumbu dapur. Lauknya dari Olio. Eh saya masih rutin membeli telur dan sosis karena ini komoditas yang jarang ada di Olio hehe. Frekuensi menanak nasi saya sebenarnya jauh menurun setelah mengenal Olio karena seringkali ada beberapa 'listing' wrap dan sandwich yang endeeuss. Selama puasa di London, saya juga seringkali sahur dengan pastry dari FWH.

Oh iya, Olio sebenarnya bukan hanya untuk sharing makanan. Ada juga non-makanan. Malahan, beanbag yang ada di kamar juga dari Olioers. Waktu akhrinya harus pindah dari flat, barang-barang ini sulit dibawa. Jadi ya akhirnya 'dilungsurkan' ke Olioer yang lain. Masih ada yang menerima. So, it is truly one man's trash is another man's treasure.

Thank you, Olio, for being a lifesaver app. I can't thank you enough, y'all FWH. Those I requested the most, you may not read this, but thank you; Linda, Matt, Hajni, Natalia, B, Laura, Yin, Shuggy, Vitoria, Vicky, Pippa, Pedro, Camelia, Meenakshi, Jatin, Dun. 

Comments

Popular Posts